Monday 28 October 2013

Maafkan Mereka

Tentunya dalam kehidupan kita ini begitu banyak individu yang sering menyakitkan hati kita, mengguris dan melukakan perasaan kita bahkan menjadikan jiwa kita berserabut dan penuh kebencian. Seringkali senyuman kita kehilangan serinya, tawa kita menjadi sumbing dan air muka kita kehilangan cahayanya setiapkali kita bertembung wajah dengan mereka. Bahkan ada yang begitu dengki dan sengaja menyakitkan hati kita malahan sering mereka-reka fitnah dan onar untuk mencacatkan kewibawaan kita.
Ya, inilah sebahagian dari warna warni hidup kita yang menjadikan perjalanan hidup kita lebih unik dan jiwa kita akan menjadi lebih matang jika kita mampu menyikapinya dengan betul.
Apa perasaan kita berdepan dengan golongan ini, walaupun bilangannya mungkin tidak begitu ramai? Apa pula perasaan kita jika yang sering menyakitkan hati kita itu ialah orang-orang yang begitu hampir dengan kita?
Bagi saya, tidak ada yang lebih baik selain memberi KEMAAFAN. Ya, MAAFKAN MEREKA agar jiwa kita lebih lapang dan bahagia. MAAFKAN MEREKA sehingga kebencian tidak lagi mampu mencemarkan keindahan budi atau merubah rupa jiwa kita. MAAFKAN MEREKA agar kita mampu tersenyum melihat kehidupan.
Adakah kita merasakan kebencian kita itu menguntungkan kita atau akan merugikan mereka? Apa yang kita dapat dari kebencian itu kalau bukan keserabutan jiwa, kemarahan yang meluap-luap dan terusirnya ketenangan dan kedamaian dari hati nurani kita? Bahkan setiapkali kebencian mula bertahkta dan menguasai hati maka hati kita itu akan makin keras, gersang, kasar dan merosak air muka kita. Hingga akhirnya dunia yang begitu luas terasa begitu sempit, hidangan yang lazat hilang kenikmatannya dan tidur kita tidak lagi merehatkan jiwa kita untuk mendepani hari baru. Jadi, nyatakan pada saya, apa untungnya kebencian dan kemarahan kita itu kalau bukan menambahkan penderitaan keatas penderitaan yang sudah sedia ada?
Jadi, MAAFKAN MEREKA kerana dalam kemaafan kita itu Allah SWT menjanjikan keampunan. Bukankah dosa-dosa kita masih terlalu banyak sedangkan kematian sering mengintai kita disetiap simpang siur kehidupan. Bagi jiwa-jiwa yang menyakini hari pertemuan dengan Allah SWT tentunya kita benar-benar rindukan pengampunan Allah SWT bahkan pengampunan itu lebih berharga dari pertambahan usia. Apalah gunanya bagi umur yang bertambah tetapi dosanya tidak berkurang. Apa yang kita harapkan dari kehidupan begini?
MAAFKAN MEREKA kerana kita juga sering membuat kesalahan dan setiapkali kita membuat kesalahan, kita begitu rindu dan mengharapkan orang lain menyikapi atau menghadapi kelakuan buruk kita dengan baik bahkan menasihati kita dengan penuh hikmah. Kenapa apabila orang lain melakukan kesalahan kepada kita, kita lalu marah-marah dan pamerkan wajah yang buruk dan penuh kebencian.
MAAFKAN MEREKA, agar jiwa kita menjadi lembut bahkan membuahkan kesabaran dan kepasrahan hingga kita mampu mengukirkan kesenyuman dari relung hati kita yang paling dalam. Biarkan kemaafan itu menghiasi jiwa kita dengan bunga-bunga kecintaan dan kasih sayang hingga mereka tertunduk hormat dan malu kepada kita.
Pernah satu ketika, jiwa saya begitu menderita ketika menghadapi salah seorang dari orang atasan saya. Dia merasakan dirinya yang paling benar. Dia bukan sekadar menolak pandangan orang lain bahkan tidak memberikan ruang untuk pandangan itu dikemukakan. Sedangkan apa yang dilakukannya terlalu salah, buah fikirannya sudah ketinggalan zaman dan cara pengurusan kerjanya sudah terlalu usang dan antik walaupun dari satu sudut saya yakin dia begitu ikhlas dalam kerjanya. Tidak sesiapa yang selesa mengemukakan pandangan kepadanya apatah lagi menegur kesalahannya walaupun kesalahannya terang lagi bersuluh. Bahkan tingkahlakunya sering menjadi buah mulut rakan sekerja.
Jiwa saya begitu menderita. Setiapkali ingin menyuapkan makanan kemulut lalu terpandang wajahnya selera makan saya hilang serta merta. Setiapkali saya pejamkan mata untuk tidur, wajahnya sering muncul dan bermain dalam fikiran saya. Ketika berehat seringkali minda saya mengangankan saat-saat saya berhujah dengannya dan dia menyikapi dengan sikap dingin dan keras kepala hinggakan angan-angan itu menjadikan jiwa saya dililit kegelisahan dan kemarahan. Ya, berbulan-bulan saya hilang kenikmatan jiwa ketika menginjakkan kaki di tempat kerja.
Jiwa saya terus menderita hinggalah saya menemui penawarnya yang begitu mujarab iaitu KEMAAFAN. Saya katakan pada diri saya, kenapa saya harus membencinya. Dia telah lakukan yang terbaik dengan apa yang dia faham, walaupun mungkin caranya salah tetapi itu yang dia faham dan tentang keikhlasannya, Allah yang lebih mengetahui. Kenapa saya harus membencinya sedangkan kebencian saya tidak akan menjadikan dirinya betul atau membetulkan keadaan yang salah. Kenapa saya harus membencinya sedangkan setiap manusia memikul beban dosa yang begitu banyak dan saya sendiripun tidak terlepas daripadanya. Bahkan apabila tua nanti mungkin saya akan akan lebih teruk daripadanya dan orang lain akan lebih membenci saya.
Lalu saya pejamkan mata saya, saya suarakan hati saya pada Allah yang Maha Mengetahui; Saksikanlah ya Allah, aku maafkannya dan aku juga mengharapkan keampunanMu. Saksikanlah ya Allah, aku kasihkannya kerana aku tahu dia ikhlas beramal untuk keredhaanMu. Walaupun dia punya banyak kelemahan tetapi didalam ilmu Mu ya Allah, dosa-dosa ku lebih banyak, walaupun aku rasakan aku lebih baik daripadanya belum tentu ketika aku sampai keusia sepertinya aku akan terus istiqomah diatas jalanMu yang benar ini ya Allah. Semoga Engkau menerima amalnya dan amalku ya Allah.
Disaat itu saya terasakan seolah satu hijab gelap yang menutupi hati saya terangkat dan limpahan cahaya kehidupan kembali menerangi hati saya. Tidak ada lagi kebencian dan keresahan. Kemudiannya saya mencari kesempatan untuk bermaafan dengannya. Semenjak itu hati saya kembali menemui nikmat ketika ditempat kerja. Setiapkali bertembung wajah, senyuman begitu mudah terukir pada wajah saya bahkan kami mampu duduk berbual dan bercerita.
Saya tidak maksudkan kita tidak perlu membetulkan yang salah. Kata Ibnu Qayyim; Jika kamu ingin menyuruh yang ma’ruf pastikan ia menjadi ma’ruf. Ya, jika kita inginkan kebaikan, biarlah tindakan dan cara kita menghasilkan sesuatu yang baik atau lebih baik. Maknanya, setiap tindakan kita perlu disesuaikan dengan niat, cara dan masa yang baik. Kalaupun usaha kita tidak berjaya, yakinlah Allah menjanjikan ganjaran diatas usaha dan kesabaran kita.
Maafkan mereka
agar jiwamu petah berbicara

mengajar insan erti bahagia
dan tersenyum dalam duka
Maafkan mereka
Agar hatimu lapang segala
Menikmati hari-hari baru
yang penuh duka lara
Maafkan mereka
Kerana jiwamu sedar mengerti
Hidup ini ada hari datang dan pergi

Sumber: http://www.langitilahi.com/

Thursday 24 October 2013

Berjabat Tangan



Pada zaman sekarang, bersalaman tangan antara laki-laki dengan perempuan hampir sudah menjadi tradisi. Tradisi hina itu meruntuhkan akhlak Islam yang mesti ditegakkan. Bahkan mereka menganggap kebiasaan itu jauh lebih baik dan lebih tinggi nilainya daripada syariat Allah yang mengharamkannya. Sehingga jika ada seorang daripada mereka berbincang tentang hukum syariat, dengan dalil-dalil yang kuat dan jelas, tentu serta merta ia akan menuduh anda sebagai kolot, ketinggalan zaman, kaku, susah untuk didekati, ekstrim, hendak memutuskan silaturrahim, menggoyahkan niat baik dan sebagainya.
Sehingga dalam masyarakat kita, berjabat tangan dengan sepupu, ipar, biras, isteri bapa saudara (mak saudara), suami ibu saudara (bapa saudara) lebih mudah daripada minum air.
Seandainya mereka melihat secara jernih dan penuh pengetahuan tentang bahaya persoalan tersebut menurut syara’ tentu mereka tidak akan melakukan hal tersebut.
Rasulullah S.A.W bersabda yang bermaksud:
“Sungguh ditusuknya kepada salah seorang dari kalian dengan jarum besi lebih baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadis Riwayat At-Thabrani)
Kemudian tidak diragukan lagi, hal ini termasuk zina tangan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah S.A.W yang bermaksud:
“Kedua mata berzina, kedua tangan berzina, kedua kaki berzina dan kemaluan pun berzina.” (Hadis riwayat Ahmad)
Dan, adakah orang yang hatinya lebih bersih dari hati Muhammad S.A.W ? Namun begitu, beliau mengatakan:
“Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita” (Hadis riwayat Ahmad)
Beliau juga bersabda:
“Sesungguhnya aku tidak menyetuh tangan dengan wanita” (Hadis riwayat Ath Thabrani)
Dan dari Aisyah R.A, dia berkata:
“Dan demi Allah, sesungguhnya tangan Rasulullah S.A.W tidak pernah menyentuh tangan perempuan sama sekali, tetapi beliau membai’at mereka dengan perkataan.” (Hadis riwayat Muslim)
Hendaknya takut kepada Allah, orang-orang yang mengancam cerai isterinya yang solehah kerana tidak mahu bersalaman tangan dengan lawan jenis meskipun memakai alas hukumnya tetap HARAM.

Sumber: http://www.halaqah.net/

Kisah Pencuri Lebih Mulia Dari Sahabat Nabi Isa



Diriwayatkan dari Wuhaib Al-Wardi, ia berkata : Kami mendengar bahawa Nabi Isa a.s bersama seorang sahabat baginda, ketika sedang berjalan-jalan bertemu dengan seorang pencuri yang berada di dalam rumahnya.
Ketika sang pencuri itu melihat kedatangan Nabi Isa a.s berserta sahabatnya, Allah pun memberi hidayah kepada pencuri itu sehingga sang pencuri itu timbul hati untuk bertaubat. Sang pencuri itu lalu berkata dalam hati, “Ini adalah Nabi Isa bin Maryam a.s sebagai Ruhullah dan kalimat-Nya, sedang seorang lagi adalah sahabat baginda. Sedangkan dirimu ini sendiri siapa wahai orang yang celaka? Pencuri dari kaum bani Israil ! kamu telah menghadang dan merampas harta benda orang lain, bahkan sering membunuh orang!”
Selepasa berkata demikian dalam hatinya, dia pun mendekati Nabi Isa a.s untuk bertaubat dan menyesali perbuatan yang pernah dilakukannya. Demikianlah, selepas pertemuaan tersebut dengan Nabi Isa a.s hatinya sekali lagi berkata-kata “Kamu ingin berjalan bersama mereka berdua? kamu tidak layak melakukan hal itu! Berjalanlah kamu di belakang mereka berdua saja sebagaimana layaknya orang-orang bersalah yang banyak melakukan dosa seperti dirimu!”
Sahabat Nabi Isa a.s kemudian menengok ke belakang dan mengetahui kalau pencuri itu mengikutinya. Dalam hati sahabat itu pun berkata, “Lihatlah orang buruk dan celaka yang sedang berjalan di belakang kita!”
Seketika itu pula Allah menampakan kepada Nabi Isa a.s apa yang mereka simpan dalam hati masing-masing yang berkatian penyesalan dan taubat si pencuri mahupun penginaan dari sahabat Nabi Isa a.s yang merasa lebih mulia daripada pencuri itu.
Allah kemudian memberikan wahyu kepada Nabi Isa a.s agar memerintahkan kepada sahabat baginda mahupun si pencuri untuk memulai lagi amal ibadatnya “Adapun sang pencuri telah Aku ampuni segala dosa yang telah lalu akibat penyesalan dan taubatnya, sedangkan sahabatmu itu telah Aku hapus semua amalnya kerana kesombongan dan sikapnya yang merendahkan orang yang telah bertaubat (si pencuri)”

Sumber suatuperjalananmaya.com

Wednesday 23 October 2013

suatu masa

Bagaimanakan ku mula
Dan apakah kata-kata 
Yang indah untuk diabadikan 
Tiap wajah berkisah 
Tiap madah bererti 
Manakah ilhamku 

Cahaya di matamu 
Senyum di bibirmu 
Mengukir seribu tanda pertanyaan 
Mungkinkah kau jua dalam kerinduan 
Di saat begini aku merindukan 

Berhelai-helai surat 
Terbiar di depanku 
Tak dapat aku utuskan 
Ku ramas semua 
Dan ku buangkan 
Jauh dari pandangan 

Lalu aku kesal 
Ku kumpul semula 
Tak dapat ku nyatakan apa yang ku rasa 
Jika engkau tahu di dalam hatiku 
Mungkinkah kau sahut jeritan batinku 

Dengarkanlah panggilanku 
Dengarkanlah lagu untukmu 
Angin lalu kau sampaikan 
Rasa rindu yang membara 
Kepadanya 

Warna-warna cintaku 
Kian pudar bersama 
Malam yang gelap gelita 
Entahkan kau rasakan 
Apa yang aku rasa 
Atau kau tak endah 

Tapi ku percaya 
Semua telah tertulis 
Dan niat suciku takkan disiakan 
Dan di suatu masa 
Di hari yang indah 
Ku hulur tanganku 
Lalu kau terima




-M.Nasir-